Jumat, 18 Oktober 2013

Tidak Masuk Akal Tetapi Nyata (Yes. 43:2-3)

Mana yang lebih parah, mati tenggelam atau terbakar? Ini pertanyaan yang cukup menjebak, karena tentu saja keduanya sama-sama tidak enak dan menyakitkan. Seringkali dalam menghadapi permasalahan hidup kita berhadapan dengan situasi-situasi dimana kita merasa 'tercekik' seperti orang yang tenggelam atau perih bagaikan terbakar api. Yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika kita merasa menghadapinya hanya sendirian saja. itu adalah salah satu ketakutan yang terbesar manusia yang sudah dialami oleh begitu banyak orang. Betapa menyakitkan ketika harus menghadapi masalah sendirian tanpa teman, saudara, keluarga dan lain-lain.Mungkin benar bahwa kita tidak bisa sepenuhnya berharap kepada orang lain untuk menolong kita setiap kali kita menghadapi masalah. Tapi apakah benar kita memang sendirian? 

Situasi yang begitu sulit hingga bisa membuat orang kehilangan akal dan putus asa bahkan terasa mengerikan ketika berhadapan dengan air dan api keduanya pernah digambarkan di dalam Alkitab, yaitu dalam kisah pelarian bangsa Israel yang terbentur pada bentangan Laut Teberau dan Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang menghadapi ancaman dibakar hidup-hidup karena menolak menyembah berhala.

Pertama mari kita lihat kisah indah penyelamatan Tuhan terhadap bangsa Israel ketika tengah terjepit antara laut yang membentang luas dengan ratusan bala tentara Firaun yang mengejar dari belakang dalam kitab Keluaran pasal 14. Situasi seperti itu tak pelak membuat siapapun termasuk bangsa Israel pada waktu itu panik. Mereka berpikir bahwa itulah akhir pelarian mereka. Sebentar lagi tentara Firaun akan mendapati mereka di tepi laut dan mereka semua pasti akan dibantai habis oleh bala tentara yang besar itu. Tapi lihatlah apa yang terjadi kemudian. Laut Teberau terbelah sehingga mereka bisa berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering. Air menjadi tembok buat mereka (ay 15 - 22). Selanjutnya ketika bala tentara Firaun mengejar hingga ke tengah laut, air pun kembali berbalik ke posisi semula dan menenggelamkan Firaun dan seluruh pasukannya. (ay 26-28). Mereka pun akhirnya selamat sampai ke seberang (ay 30). Dengan kuasaNya yang ajaib Tuhan membuat air laut terbelah, berdiri tegak bak dinding di kedua sisinya, sehingga orang Israel bisa berjalan melintasi lautan yang terbelah bagaikan berjalan di tanah yang kering. Tidak masuk akal, tetapi nyata. Sebagai bukti kuatnya, kisah ini pun disebutkan berulang kali dalam kitab-kitab lainnya dalam rentang masa yang jauh sesudah kejadian tersebut seperti dalam Mazmur 106:7-12 dan Nehemia 9:9-11.

Selanjutnya mari kita lihat sejenak kisah Hanaya, Misael dan Azarya yang juga dikenal dengan nama Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Kisah ini tertulis dalam kitab Daniel. Mereka menghadapi ancaman kematian dengan cara mengerikan jika masih terus mempertahankan iman mereka dan menolak menyembah berhala-berhala Babel dan rajanya. Menghadapi ancaman, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18). Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak menyembah berhala-berhala yang menjadi tuhan bangsa Babel, dan akibatnya merekapun dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tapi apa yang kemudian terjadi? Sadrakh, Mesakh dan Abednego disertai malaikat dan tidak cedera sedikitpun. Apa yang mereka alami bahkan menjadi kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan yang mereka sembah. (ay 24-30). 
Air dan api, demikian dua elemen yang dipakai dalam ayat tersebut, itu menggambarkan penderitaan atau kesulitan-kesulitan yang kita lalui dalam hidup kita. Dalam menghadapi gelombang air yang ganas atau di tengah nyala api yang panas, Tuhan ternyata menjanjikan penyertaanNya yang menyelamatkan. Ada kalanya kita memang harus melalui air yang terkadang bisa berombak tinggi atau terkadang harus menempuh api yang panas. Tetapi Tuhan berkata bahwa meski harus menyeberang air kita tidak akan hanyut, dan kalaupun harus melalui api kita tidak akan terbakar. Tuhan menjanjikan penyertaanNya yang menyelamatkan. Seperti itulah janji Tuhan, dan itu menunjukkan dengan jelas bahwa dalam kondisi sesulit apapun Tuhan tetap ada bersama kita, dan Dia siap untuk selalu melindungi kita.
Berkali-kali Tuhan sudah mengingatkan kita akan penyertaanNya. 
  • Lihatlah Firman Tuhan ketika Yosua baru diangkat menggantikan Musa. "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). 
  • Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama:"Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). 
  • Yesus sendiri juga berkata:"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Demkian seringnya Tuhan mengulangi hal yang sama, itu menunjukkan bahwa janji ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk selalu kita ingat.


Gelombang air pasang mungkin tengah kita hadapi atau sewaktu-waktu harus kita lewati. Nyala api yang panas pada suatu ketika tidak bisa kita hindari.  Masalah boleh datang, tetapi ingatlah bahwa kita tidak pernah sendirian menghadapinya. Jika anda tengah berhadapan dengan situasi seperti itu, datanglah kepadaNya dan percayakan semuanya ke dalam tanganNya. Lakukan segalanya tepat seperti yang telah Tuhan firmankan, dan kita akan menyaksikan bagaimana kuasa Tuhan yang tak terbatas itu sanggup membawa kita melintasi masalah dengan penuh kemenangan.

TUHAN MEMBERKATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar