Jumat, 25 Oktober 2013

Hidup dengan semangat akan mendatangkan upah dari Tuhan

 2 Tawarikh 15:7  "Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!"

Beragam persoalan bisa menimpa siapa saja. Entah orang kaya atau miskin, tua atau muda, setiap orang  selama hidup di dunia ini selalu berhadapan dengan berbagai persoalan. Setiap orang, terlepas dari status sosial, pendidikan, profesinya, dan bahkan sebagai hamba Tuhanpun tidak terluput dari yang namanya pergumulan atau persoalan. Manusia harus berhadapan dengan masalah selama hidup di dunia ini. Setiap orang tentunya memiliki persoalan yang berbeda-beda.                 
Semangat akan menampilkan raut muka dan gerak tubuh kita berbeda. Orang yang bersemangat akan terlihat sangat kontras dengan yang tidak. Saat orang patah semangat biasanya terlihat lesu dan murung, air muka keruh, loyo dan lemas, orang yang bersemangat akan terlihat antusias dengan wajah bersinar ceria. Senyum pun akan rajin menghiasi wajah mereka. Selalu menyenangkan melihat orang-orang bersemangat. Mereka bisa membuat kita termotivasi dalam mood yang baik. Coba kita pikirkan, apakah orang-orang yang bersemangat ini hidup tanpa masalah? Mereka pun pasti punya masalahnya sendiri. Semua manusia sama-sama berhadapan dengan masa-masa sulit sekali waktu. Tetapi reaksi dalam menanggapinya akan berbeda jika disertai semangat atau tidak. Penampilan dan performa orang bersemangat akan jauh di atas orang yang hidupnya layu tanpa semangat. Dan itu tidak tergantung dari lama-sebentarnya orang berjuang. Ada yang baru mencoba sebentar tapi cepat kehilangan semangat, ada yang terus mencoba tanpa kehilangan semangat meski mereka sudah berulang kali gagal. 

Sepenggal kisah dicatat dalam kitab 2 Tawarikh tentang seorang raja bernama Asa yang melakukan reformasi terhadap bangsa Yehuda yang ia pimpin. Sebelum ia melakukannya, ia terlebih dahulu didatangi oleh nabi Azarya bin Oded yang diberikan mandat oleh Allah untuk menyampaikan pesan khusus. Dari serangkaian pesan kepada Asa oleh Azarya, salah satunya menyangkut soal semangat. mengenai semangat. "Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!" (2 Tawarikh 15:7). Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa Tuhan menjanjikan upah bagi orang-orang yang memiliki semangat. Asa mendengar pesan itu, dan proses reformasi menyeluruh pun ia lakukan. Hasilnya ternyata sangat baik dan dicatat dalam Alkitab, yaitu "Tidak ada perang sampai pada tahun ketiga puluh lima pemerintahan Asa." (ay 19). Ini sebuah pencapaian luar biasa baik mengingat situasi dan kondisi pada masa itu yang sarat dengan peperangan.

Dalam banyak kesempatan lain firman Tuhan berbicara mengenai semangat. Amsal Salomo berkata: "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Semangat dipercaya mampu menguatkan kita untuk menanggung penderitaan seperti apapun. Tetapi apa yang bisa kita perbuat ketika kita tidak lagi memiliki semangat lagi? Dan itu benar, mengingat orang yang patah semangat cenderung sulit untuk bangkit. Semakin lama dibiarkan, semakin sulit pula untuk pulih. Semangat bisa berfungsi bagaikan bahan bakar yang membuat kita punya tenaga terus untuk maju. Tanggung jawab baik kecil maupun besar bisa kita selesaikan dengan hasil terbaik apabila disertai dengan antusiasme, semangat dan gairah yang tinggi. Sebaliknya, jangan pernah bermimpi untuk menggapai sesuatu yang besar jika kita tidak punya semangat. 

Ada hubungan erat antara semangat yang disertai sikap antusias dan gairah dengan sikap hati. Hati yang gembira dipenuhi sukacita akan membuat kita mampu memandang sisi-sisi positif dari segala hal, bahkan dari keadaan sulit sekalipun. Firman Tuhan berkata: "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat." (Amsal 15:13). Itulah sebabnya orang-orang yang antusias air mukanya biasanya berseri-seri, matanya berbinar memancarkan semangat, sebuah penampilan yang tidak terlihat dari orang-orang yang tidak memiliki semangat hidup. Sikap hati akan sangat menentukan bagaimana reaksi kita memandang kehidupan. Kembali Salomo berkata: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang."(Amsal 17:22).

Orang yang bersemangat  memiliki iman, tetap percaya pada Firman Allah yang berkuasa. Jadilah orang yang bersemangat dalam hidup ini, apapun kondisi yang sedang terjadi, tetap miliki semangat. Semangat sangat diperlukan untuk memperoleh apa yang ingin kita capai. Karena dengan bersemangat kita akan tetap mengarahkan pandangan kita kepada tujuan, dan ada usaha untuk mencapainya.

Orang yang bersemangat  memiliki iman, tetap percaya pada Firman Allah yang berkuasa. Jadilah orang yang bersemangat dalam hidup ini, apapun kondisi yang sedang terjadi, tetap miliki semangat. Semangat sangat diperlukan untuk memperoleh apa yang ingin kita capai. Karena dengan bersemangat kita akan tetap mengarahkan pandangan kita kepada tujuan, dan ada usaha untuk mencapainya.
Apapun masalah yang anda hadapi hari ini, hadapi dan selesaikanlah dengan semangat. Percayalah kepada janji-janji Tuhan, rasakan kebaikan dan penyertaanNya dan terus pegang itu dengan iman. Itu akan membuat hati kita tetap memiliki sukacita yang sejati, dan dari sana kita akan mampu bersemangat dan tetap bersikap positif, penuh rasa antusias dalam melakukan pekerjaan kita. 

Apapun masalah yang anda hadapi hari ini, hadapi dan selesaikanlah dengan semangat. Percayalah kepada janji-janji Tuhan, rasakan kebaikan dan penyertaanNya dan terus pegang itu dengan iman. Itu akan membuat hati kita tetap memiliki sukacita yang sejati, dan dari sana kita akan mampu bersemangat dan tetap bersikap positif, penuh rasa antusias dalam melakukan pekerjaan kita.

Orang-orang yang berpikir positif dan bersemangat tidak akan menyerah meski batu yang harus mereka loncati terlihat besar dan tinggi. Kesempatan akan berlalu sia-sia jika kita menyikapinya tanpa semangat, hidup akan sulit berkembang, kita sulit maju apabila kita menyikapi kehidupan tanpa dibarengi semangat. Sebaliknya setiap kesempatan kecil sekalipun bisa sangat berharga jika kita sikapi dengan semangat yang besar. Ada banyak orang pintar yang terus berjalan di tempat karena mereka tidak memiliki semangat, sebaliknya ada orang-orang biasa yang tumbuh menjadi luar biasa karena mereka memiliki semangat juang tinggi. Mana yang kita pilih hari ini? Ayo semangat! 

Orang yang bersemangat adalah orang yang tidak mau menyerah, dan tidak mau terpengaruh oleh keadaan, sekalipun hal itu kurang baik. Tindakan/perbuatannya tidak ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan.  Mengapa demikian ? Karena, ia memiliki  target dan tujuan yang ingin dicapainya. Orang yang bersemangat akan tetap optimis, mereka percaya karena bersama dengan Allah akan mampu untuk menghadapi setiap kesukaran.

Belajar dari kehidupan Rasul Paulus yang tidak pernah lelah untuk melakukan pekerjaan yang baik dalam meberitakan Injil sekalipun banyak tantangan tetapi Paulus senantisa memiliki semangat juang yang tinggi dan mengatakan “Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Fil 4:13

Masalah boleh saja datang dan pergi, tetapi itu tidak boleh membuat kita patah semangat. Semangat yang patah tidak akan memberi manfaat apa-apa malah hanya akan menambah masalah. Semangat mampu memberi perbedaan yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah satu persatu. Lagipula Tuhan sudah menjanjikan penyertaanNya, dan Tuhan yang menjanjikan itu adalah Tuhan yang setia. Dia mau agar kita hidup di dalam rencanaNya, dimana Dia akan membimbing dan menyertai kita dalam setiap langkah untuk menuai apa yang telah Dia sediakan bagi kita. Kalau begitu kenapa kita harus hidup tanpa semangat? Semangat akan memampukan kita untuk terus bertahan melewati batu-batu ujian dengan kuat. Sekali lagi, ada upah yang disediakan Tuhan bagi mereka yang tahan banting dalam membangun usahanya. "Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah." (2 Korintus 3:14).

TUHAN MEMBERKATI

Jumat, 18 Oktober 2013

Tidak Masuk Akal Tetapi Nyata (Yes. 43:2-3)

Mana yang lebih parah, mati tenggelam atau terbakar? Ini pertanyaan yang cukup menjebak, karena tentu saja keduanya sama-sama tidak enak dan menyakitkan. Seringkali dalam menghadapi permasalahan hidup kita berhadapan dengan situasi-situasi dimana kita merasa 'tercekik' seperti orang yang tenggelam atau perih bagaikan terbakar api. Yang lebih menyakitkan lagi adalah ketika kita merasa menghadapinya hanya sendirian saja. itu adalah salah satu ketakutan yang terbesar manusia yang sudah dialami oleh begitu banyak orang. Betapa menyakitkan ketika harus menghadapi masalah sendirian tanpa teman, saudara, keluarga dan lain-lain.Mungkin benar bahwa kita tidak bisa sepenuhnya berharap kepada orang lain untuk menolong kita setiap kali kita menghadapi masalah. Tapi apakah benar kita memang sendirian? 

Situasi yang begitu sulit hingga bisa membuat orang kehilangan akal dan putus asa bahkan terasa mengerikan ketika berhadapan dengan air dan api keduanya pernah digambarkan di dalam Alkitab, yaitu dalam kisah pelarian bangsa Israel yang terbentur pada bentangan Laut Teberau dan Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang menghadapi ancaman dibakar hidup-hidup karena menolak menyembah berhala.

Pertama mari kita lihat kisah indah penyelamatan Tuhan terhadap bangsa Israel ketika tengah terjepit antara laut yang membentang luas dengan ratusan bala tentara Firaun yang mengejar dari belakang dalam kitab Keluaran pasal 14. Situasi seperti itu tak pelak membuat siapapun termasuk bangsa Israel pada waktu itu panik. Mereka berpikir bahwa itulah akhir pelarian mereka. Sebentar lagi tentara Firaun akan mendapati mereka di tepi laut dan mereka semua pasti akan dibantai habis oleh bala tentara yang besar itu. Tapi lihatlah apa yang terjadi kemudian. Laut Teberau terbelah sehingga mereka bisa berjalan di tengah-tengah laut di tempat kering. Air menjadi tembok buat mereka (ay 15 - 22). Selanjutnya ketika bala tentara Firaun mengejar hingga ke tengah laut, air pun kembali berbalik ke posisi semula dan menenggelamkan Firaun dan seluruh pasukannya. (ay 26-28). Mereka pun akhirnya selamat sampai ke seberang (ay 30). Dengan kuasaNya yang ajaib Tuhan membuat air laut terbelah, berdiri tegak bak dinding di kedua sisinya, sehingga orang Israel bisa berjalan melintasi lautan yang terbelah bagaikan berjalan di tanah yang kering. Tidak masuk akal, tetapi nyata. Sebagai bukti kuatnya, kisah ini pun disebutkan berulang kali dalam kitab-kitab lainnya dalam rentang masa yang jauh sesudah kejadian tersebut seperti dalam Mazmur 106:7-12 dan Nehemia 9:9-11.

Selanjutnya mari kita lihat sejenak kisah Hanaya, Misael dan Azarya yang juga dikenal dengan nama Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Kisah ini tertulis dalam kitab Daniel. Mereka menghadapi ancaman kematian dengan cara mengerikan jika masih terus mempertahankan iman mereka dan menolak menyembah berhala-berhala Babel dan rajanya. Menghadapi ancaman, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:16-18). Sadrakh, Mesakh dan Abednego menolak menyembah berhala-berhala yang menjadi tuhan bangsa Babel, dan akibatnya merekapun dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tapi apa yang kemudian terjadi? Sadrakh, Mesakh dan Abednego disertai malaikat dan tidak cedera sedikitpun. Apa yang mereka alami bahkan menjadi kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan yang mereka sembah. (ay 24-30). 
Air dan api, demikian dua elemen yang dipakai dalam ayat tersebut, itu menggambarkan penderitaan atau kesulitan-kesulitan yang kita lalui dalam hidup kita. Dalam menghadapi gelombang air yang ganas atau di tengah nyala api yang panas, Tuhan ternyata menjanjikan penyertaanNya yang menyelamatkan. Ada kalanya kita memang harus melalui air yang terkadang bisa berombak tinggi atau terkadang harus menempuh api yang panas. Tetapi Tuhan berkata bahwa meski harus menyeberang air kita tidak akan hanyut, dan kalaupun harus melalui api kita tidak akan terbakar. Tuhan menjanjikan penyertaanNya yang menyelamatkan. Seperti itulah janji Tuhan, dan itu menunjukkan dengan jelas bahwa dalam kondisi sesulit apapun Tuhan tetap ada bersama kita, dan Dia siap untuk selalu melindungi kita.
Berkali-kali Tuhan sudah mengingatkan kita akan penyertaanNya. 
  • Lihatlah Firman Tuhan ketika Yosua baru diangkat menggantikan Musa. "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). 
  • Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama:"Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). 
  • Yesus sendiri juga berkata:"Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20b). Demkian seringnya Tuhan mengulangi hal yang sama, itu menunjukkan bahwa janji ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk selalu kita ingat.


Gelombang air pasang mungkin tengah kita hadapi atau sewaktu-waktu harus kita lewati. Nyala api yang panas pada suatu ketika tidak bisa kita hindari.  Masalah boleh datang, tetapi ingatlah bahwa kita tidak pernah sendirian menghadapinya. Jika anda tengah berhadapan dengan situasi seperti itu, datanglah kepadaNya dan percayakan semuanya ke dalam tanganNya. Lakukan segalanya tepat seperti yang telah Tuhan firmankan, dan kita akan menyaksikan bagaimana kuasa Tuhan yang tak terbatas itu sanggup membawa kita melintasi masalah dengan penuh kemenangan.

TUHAN MEMBERKATI

Senin, 14 Oktober 2013

Kehidupan yang diberkati


2 Tesalonika 3 : 6 – 15

Kebenaran Firman Tuhan mengajarkan kepada kita bahwa untuk mengalami hidup yang diberkati oleh Tuhan tidak bisa hanya diraih dengan doa saja atau hanya dengan bekerja saja, tetapi diperoleh dengan keseimbangan antra keduanya,  sebab  “Bekerja dan Berdoa adalah Prinsip hidup yang diberkati”   

Seorang tokoh Gereja pada abad ke 4 (Agustinus dari Hippo) berkata “Berdoalah seakan-akan segala sesuatunya bergantung kepada Tuhan, Bekerjalah dengan giat seakan-akan segala sesuatunya bergantung kepada anda.”  

Bekerja yang dimaksud adalah segala apa yang saudara kerjakan apakah sebagai karyawan, pebisnis, pengusaha, pelayan Tuhan, dll.  Berdoa adalah menyangkut seluruh kegiatan rohani yang saudara dan saya lakukan untuk kemuliaan Tuhan.

Prinsip pelaksanaan dari keduanya adalah dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan segala kekuatan dan kemampuan dan bukan asal-asalan, sebab Tuhan memberkati orang yang melaukuan segala sesuau dengan ketekunan dan kesungguhan.

Perbedaan antara orang yang sukses dan orang lain bukanlah terletak pada kurangnya kekuatan, bukan juga karena kurang pengetahuan, tetapi kurangnya kemauan (Vincen Lombardi)
Setialah mengerjakan apa yang Anda dapat lakukan, dan percayakanlah pada Allah untuk apa yang Anda tidak dapat lakukan  (Andy Stanley)

Mangapa harus Bekerja dan berdoa ?
  1. Bekerja merupakan natur (hakekat /pembawaan) dari manusia itu sendiri – Kej. 1:28
  2. Bekerja merupakan cara satu-satunya bagi manusia untuk mencari nafkahnya di bumi - 2Tes. 3:10;  Kej. 2:15;  3:23;  Kel. 20:9.
  3. Bekerja sebagai wujud dari Iman – 2Tes. 3:11;  Yak. 2:17-18
  4. Bekerja / pekerjaan merupakan sarana dasar bagi Allah untuk memberkati umatNya – 2Tes.  3:13;  Kej. 26 : 12-13;
  5. Berdoa sebagai suatu kesadaran bahwa yang memberkati adalah Tuhan dan bukan karena kekuatan manusia – Kej. 26:12; Amsal 10 : 22;
  6. Berdoa sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kemampuan dan berkat yang Ia limpahkan (mengemblikan sebagai syukur kepada Tuhan) -  Kej. 4 : 3 – 4;  Mal. 3: 10-11
  7. Berdoa supaya engkau berhasil kemanapun engkau pergi atau apaun yang engkau kerjakan – Yosua 1 : 7 – 8;  Mazmur  1 : 1-3;  Yer 17:5-8.
  8. Berdoa supaya saudara dan saya bisa menikamati berkat yang Tuhan berikan -  Pengkhotbah 5:17- 6:1-2
Kehidupan yang diberkati ialah kehidupan yang berdoa dan bekerja.

TUHAN MEMBERKATI



Minggu, 13 Oktober 2013

KASIH (1 Korintus 13:1-13)


                Secara khusus, cintakasih Tuhan merupakan dasar seluruh persekutuan hidup orang percaya . Dalam I Kor 13 tercatat beberapa prinsip kesempurnaan kasih yang memperkaya. Ayat 1-3 diawali dengan, “Sekalipun aku…” Artinya, sekalipun mempunyai banyak karunia, hikmat, materi dan berbagai hal yang layak dipersembahkan bagi pekerjaan Tuhan seperti jemaat Korintus, tetapi tanpa kasih maka semuanya sia-sia belaka dan tidak berguna karena tak ada lagi yang dapat dibanggakan selain diri sendiri. Sedangkan egoisme hanya akan menimbulkan kompetisi tak sehat yang sangat berbahaya dan tidak memuliakan Tuhan.
Pertama, kasih membangun kualitas dan kualifikasi orang Kristen secara pribadi hingga memancarkan kasih Kristus. Kasih yang pertama adalah cintakasih Kristus yang menyentuh hati dan kehidupan manusia. Paulus menegaskan, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.” Namun dunia yang semakin materialis, egois dan individual telah menurunkan kadar kasih Kristen. Paulus pernah mengingatkan tentang keadaan manusia pada akhir jaman dalam 2 Tim 3:2, “Manusia akan mencintai dirinya sendiri.” Jikalau Gereja tidak memperhatikan dengan baik maka tanpa disadari telah menggenapinya.
Kedua, kasih membangun kualitas relasi dengan sesama antara lain sikap, interaksi dan komunikasi. Paulus mengajarkan, “Ia tidak melakukan yang tidak sopan”. Selama bersosialisasi, setiap orang Kristen seharusnya berusaha agar ucapannya tidak terkesan kasar dan latar belakang karakternya tidak boleh dijadikan alasan untuk membenarkan diri. Sebaliknya, ia harus mengerti perasaan sesamanya sehingga komunitas Kristen tidak saling menjatuhkan melainkan mendukung karena, “Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”
Ketiga, kasih membangun kualitas penyelesaian masalah. Paulus mengajarkan, “Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Memang lidah tak bertulang tapi dapat dikendalikan oleh kasih.
Keempat, kasih itu kekal. Paulus mengatakan, “Nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” Sedangkan kasih adalah pola kehidupan surgawi. Karena itu, ia melanjutkan, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal” (I Kor 13:12). Dengan kata lain, di hadapan Tuhan tak ada yang tersembunyi dan semua orang akan saling terbuka.
Mari milikilah KASIH itu. Kasih bukan hanya sekedar kata-kata tapi kasih itu disertai dengan tindakan dan perbuatan.

TUHAN YESUS MEMBERKATI